SESAL
Kukira kau adalah rumah
tempatku berpulang. Menikmati setiap hangat dan pelukan serta canda tawa
semalaman. Lalu kemudian aku sadar khayal telah membawa ku lebih jauh dari
kenyataan. Menyesatkanku dalam rasa yang palsu. Menenggelamkanku kelautan
harapan yang berlebihan. Aku tak pernah menduga bisa terjatuh didalam lubang
yang sama berulang kali. Apa mungkin ini karena aku terlalu mencintai ?
Tutur kata yang menjadi
candu pada telinga terus-menerus terdengar. Ku tau itu hanya kumpulan omong
kosongmu dan janji manis yang tak akan pernah kau tepati. Namun sekali lagi,
aku terlena akan surga telinga yang kau berikan. Tersenyum. Tanganku bergerak
menggandeng lenganmu kembali. Menyandarkan kepalaku dibahumu. Lalu lupa
segalanya, termasuk luka di hati yang kau sayat.
Langkah membawa kita
menuju tempat dimana tak kau temui secerca cahaya, hanya remang dan gelap
disana. Aku memelukmu erat, takut kau menghilang lagi. Senyum merekah diwajahmu
diikuti belaian hangat dirambutmu. Ini adalah bahagia, kataku mencoba memaknai
apa yang kau lakukan.
Waktu berlalu. Mentari
menyambut. Malam telah berganti dan aku terbangun diatas ranjang beralaskan
penyesalan. Aku telah melakukan hal bodoh itu lagi dan kau entah menghilang
kemana.
Meringkuk. Ku benamkan
wajahku diantara kedua tanganku. Biarkan sungai air mata itu mengalir deras
keluar dari semua kepedihan dan penyesalan ini. Tak lupa jerit merintih perih
ku beri melengkapi peristiwa yang sungguh mengerikan ini. Sekali lagi aku
merasa sangat sangat bodoh. Aku tak akan pernah jadi rumah bagimu. Tak akan
pernah, karena aku hanyalah……… ahh sudahlah.
Komentar
Posting Komentar